Peluang Bisnis
Budidaya Ikan Lele DiLahan Sempit
di Yogyakarta
Karya Ilmiah ini Disusun sebagai Syarat Lulus Ujian
Mata Kuliah
Lingkungan Bisnis
Disusun oleh:
Kori Ambodo
12.12.6818
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
“AMIKOM” YOGYAKARTA
Peluang Bisnis Budidaya Ikan Lele
pada Lahan Sempit di Yogyakarta
Abstrak
Lele
merupakan salah satu
jenis ikan yang
mudah dalam hal
pemeliharaan dan
pembibitannya. Hal
ini merupakan suatu
peluang besar bagi
wirausahawan, karena
keuntungan dalam
usaha ini sangatlah
besar sehingga mampu
memenuhi target
pemasukan yang terus bertambah.
Di Yogyakarta,
serapan pasar lele
relatif meningkat dari
tahun ke tahun.
Hal ini
sangat berpengaruh
terhadap permintaan stok
yang terus bertambah,
sehingga
membutuhkan suatu
pasokan tambahan untuk
tetap dapat mengisi
kebutuhan
tersebut. Dengan
harga lele yang
juga relatif stabil,
bisnis inipun terbilang
kondusif dari sisi keuntungan.
Budidaya lele pada lahan sempit ini
memungkinkan para pemilik lahan sempit untuk
lebih menjamin
mutu hasil produksinya.
Dengan rata-rata produksi
per kolamnya
2500-3000 ekor, dan siap panen
dalam waktu 4 bulan, maka dapat dipastikan bahwa
usaha ini dapat berkembang cukup
baik.
Kata Kunci: budidaya, lele, peluang
Latar Belakang
Lele merupakan jenis ikan yang
digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat,
daging empuk, duri
teratur dan dapat
disajikan dalam berbagai
macam menu
masakan.
Perkembangan ikan lele
di Indonesia semakin berkembang
pesat dari
tahun ke tahun.
Yogyakarta memiliki
pasar yang cukup
luas. Menurut data
statistik
Direktorat
Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan,
serapan pasar dan
tingkat konsumsi lele untuk Kota Yogyakarta mencapai 1,8 kg
per kapita, sedangkan
untuk permintaan lele
hingga mencapai 30
ton/hari. Angka ini
menunjukkan bahwa
kebutuhan terhadap ikan lele akan terus meningkat seiring
bertambahnya permintaan
pasar.
Harga ikan lele
di pasaran cukup
baik dan relatif
stabil, meskipun tidak
setinggi harga gurami
atau ikan mas. Namun, permintaan ikan
lele terus meningkat.
Untuk pasar lokal
para pedagang akan
selalu memburu hasil
produksinya.
Permintaan stok ikan
lele rata-rata diserap
oleh para pedagang
di pasar lokal.
Pasar
ikan lele juga
diserap oleh warung
pecel lele yang
menyediakan lele sebagai
menunya. Selain itu,
permintaan ikan lele
diserap oleh konsumen
rumah tangga,
rumah makan, supermarket, dan katering.
Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan
tingginya konsumsi
lele serta banyaknya
usaha pembesaran lele.
Pembudidayaan ikan lele
dilakukan
dengan
mengembangkan konsep kolam
lele dengan teknologi
tembok tipis
berdiameter 3 meter
dan hanya membutuhkan
biaya Rp 1.000.000,00.
Dengan
metode ini kekuatan juga telah dibuktikan dengan diisi air secara
penuh. Biaya dapat
ditekan karena pembelian
bahan baku
sangat sedikit (untuk pembuatan tembok tipis
dengan ketebalan maksimum
25 mm dan
ketinggian 120 cm).
Satu kolamnya dapat
diisi sekitar 2500-3000 bibit lele yang siap dipanen dalam
waktu 4 bulan.
Konsep tembok tipis tersebut merupakan adaptasi dari konsep
petani mandiri
yang kini dikembangkan
Herba Bagoes melalui
lahan 1,5 hektar
di desa Glidik,
Asembagus,
Situbondo. Tujuannya adalah
untuk menyejahterakan petani
Indonesia.
Dengan teknik ini
biaya perawatan lele
dapat ditekan dibandingkan
dengan
menggunakan kolam galian yang berukuran lebih luas.
Penerapan kolam tembok
tipis ini juga
sangat menguntungkan bagi
pemilik
lahan sempit. Dengan menyediakan
12 kolam, dengan
diisi benih 2500-3000
ekor
setiap kolamnya tidak terlalu sulit untuk mengelolanya.
Dengan
menerapkan sistem supply
and demand maka
dapat dikelola dengan
baik budidaya ikan lele di lahan sempit ini.
Tujuan Budidaya Lele
Budidaya lele
lokal ini dilakukan
untuk dapat memenuhi
kebutuhan
permintaan dari para pengusaha warung makan, khususnya yang
berkecimpung pada
bisnis warung makan lesehan yang menjual lele goreng atau
bakar.
Selain untuk memenuhi
kebutuhan permintaan para
pebisnis warung makan,
hal ini tentunya
juga akan berdampak
pada semakin banyaknya
relasi yang terjalin
sehingga saling menguntungkan, sehingga
akan tumbuh suatu
peluang menciptakan
komunitas bisnis yang dapat saling bertukar pengalaman.
Dan dengan semakin bertambahnya relasi yang ada maka akan
dapat tercipta
peluang kerja baru
bagi masyarakat luas
yang bergabung dalam
usaha
pembudidayaan lele lokal ini.
Analisis Peluang Budidaya Lele di Yogyakarta
Bisnis budidaya ikan lele di Kota
Yogyakarta sangat menguntungkan. Hal ini
dapat dicermati dari data statistik hasil SUSENAS 2008 bahwa
penyerapan produksi
ikan lele masyarakat
Indonesia mencapai
148.039 ton. Dan di kota Yogyakarta
sendiri memiliki serapan
pasar ikan lele
yang cukup banyak.
Peminat ikan lele
didominasi oleh warung pecel lele dan warung makan yang
menyediakan menu ikan
lele.
Banyak faktor
yang mempengaruhi tingkat
kenaikan konsumsi lele
di Kota
Yogyakarta. Salah
satunya adalah faktor
lonjakan jumlah penduduk.
Yogyakarta
yang terkenal dengan
sebutan Kota Pelajar
didominasi oleh kaum
pelajar dan
mahasiswa.
Sebagian besar mahasiswa
di kota tersebut
merupakan kaum pendatang
luar kota
maupun luar provinsi. Seiring bertambahnya
jumlah pendatang berdampak
pada
bertambahnya rumah hunian
(kos) di berbagai
wilayah. Hal ini
dimanfaatkan
kaum pedagang untuk
membuka warung pecel
lele di sekitar
pinggiran jalan.
Semakin
meningkatnya usaha tersebut,
semakin meningkat juga
permintaan lele
untuk memenuhi kebutuhan.
Budidaya ikan lele
di lahan sempit memungkinkan pembudidaya untuk lebih
mampu mengelola kolam lele dengan cermat. Perawatan pada
kolam lelepun menjadi
lebih mudah dan
efisien. Tidak terlalu
membutuhkan banyak sumberdaya
manusia
untuk mengelola kolam
lele pada lahan
sempit ini, karena
selain kolamnya yang
berbentuk
sederhana juga dapat
dikatakan bahwa kolam
ini lebih aman
dari
kemungkinan terjadinya pencurian lele.
Penjaminan Mutu Hasil Produksi
Untuk menjamin
mutu hasil produksi
ikan lele ini,
maka dibutuhkan
perawatan khusus selama
pembudidayaan berlangsung. Perawatan
yang dilakukan
secara rutin dititikberatkan pada
terjaminnya kebersihan kolam
dan tidak adanya
jamur yang menempel
pada dinding kolam.
Pemilihan pakan juga
menjadi faktor
utama yang mempengaruhi
mutu produksi lele.
Pakan yang dipilih
berupa plankton
(untuk lele berumur 3-4 hari), pakan buatan dengan tingkat
nutrisi tinggi (untuk lele
berumur di atas 4 hari), dan tambahan nutrisi lainnya untuk
meningkatkan ketahanan
tubuh. Disamping itu,
kebersihan air sangat
mempengaruhi mutu produksi.
Pemberian pupuk TON
dapat menjaga stabilitas
ekosistem air, sehingga
dapat
menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami seperti plankton dan
cacing-cacingan.
Hal-hal tersebut dapat menjamin kesehatan lele dan
menciptakan mutu hasil produksi
lele yang baik.
Lele dengan perawatan
intensif memiliki rasa
yang lebih gurih,
dagingnya
lebih bersih, kandungan
proteinnya pun lebih
banyak. Kualitas lele
inipun terjamin
paling baik.
REFERENSI
http://requestartikel.com/bagaimana-prospek-bisnis-ikan-lele-20101026.html
(diakses tanggal 16 Maret 2011, jam 15:50:30 WIB)
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-lele.html (diakses tanggal 14
Maret 2011, jam 11:31:20 WIB)
http://www.wpi.kkp.go.id/?p=187 (diakses
tanggal 25 Maret
2011, jam 17:33:50
WIB)
http://pohonbagoes.blogspot.com/2010/10/petani-mandiri-dengan-kolam-lele.html
(diakses tanggal 21 Maret 2011, jam 19:40:22)
Griffin,
R.W., Ebert, R.J. (2008). Bisnis, Jakarta:
Erlangga.
Suyanto, M. (2006). Smart in Enterpreneur, Yogyakarta:
Andi Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar